Pasca Klaim Wenda Jadi Presiden, Peneliti UAI:Reaksi Penolakan Menunjukan Antar Faksi Saling Cakar Dibalik Isu Papua Merdeka

×

Pasca Klaim Wenda Jadi Presiden, Peneliti UAI:Reaksi Penolakan Menunjukan Antar Faksi Saling Cakar Dibalik Isu Papua Merdeka

Bagikan berita
Pasca Klaim Wenda Jadi Presiden, Peneliti UAI:Reaksi Penolakan Menunjukan Antar Faksi Saling Cakar Dibalik Isu Papua Merdeka
Pasca Klaim Wenda Jadi Presiden, Peneliti UAI:Reaksi Penolakan Menunjukan Antar Faksi Saling Cakar Dibalik Isu Papua Merdeka

Manokwari|Kongkrit.com- Deklarasi kemerdekaan oleh Benny Wenda sekaligus klaim sebagai Presiden melalui media asing, akhirnya saling bersilang pendapat di antara kelompok yang selalu meniupkan isu Papua Merdeka. 

Tercatat beberapa kelompok dan tokoh Pro Kemerdekaan seperti OPM, Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia (AMPTPI), Forkorus Yaboisembut yang mengklaim masih menjabat sebagai Presiden Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB), menolak keras pernyataan sepihak Benny Wenda tersebut. 

Dalam siaran persnya mereka secara tegas menyatakan klaim Wenda tidak berdasar dan tidak mewakili masyarakat Papua. Ia dianggap hanya mewakili kepentingan dirinya sendiri untuk mencari keuntungan dan popularitas pribadi.Yang menarik, penolakan bahkan datang dari wakil Wenda sendiri, Octovianus Mote. Dalam diskusi dengan Indoprogress di kanal youtube secara tegas Mote menyatakan menolak klaim sepihak Wenda tersebut.

“Pembentukan ini keliru dan tergesa gesa, seperti juga di masa lalu Benny Wenda mengambil beberapa keputusan yang kontroversial,” tegas Mote 

Baca juga:

Mengomentari hal tersebut, Dosen dan peneliti pada Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Nanda Avalist, menyatakan sangat jelas soliditas kelompok Pro Kemerdekaan ini sangat ringkih dan sibuk memikirkan kepentingan kelompoknya sendiri.

“Reaksi penolakan klaim Wenda tersebut jelas memperlihatkan antar faksi kelompok sibuk saling cakar memperebutkan kekuasaan. Sehingga klaim mereka memperjuangkan kepentingan rakyat Papua terbukti hanya ilusi semata,” ujar.

Ia berharap, fakta ini dapat menjadi titik balik pencerahaan pemikiran rakyat Papua. Mengingat selama ini kelompok yang mengusung romantisme separatis selalu mengatasnamakan pergerakannya demi kepentingan rakyat Papua.

“Semoga rakyat Papua dapat menilai bahwa gerakan kelompok tersebut hanya memberikan ilusi dan mimpi indah dengan bungkus jargon kemerdekaan. Sudah saatnya rakyat Papua menilai secara utuh langkah nyata pemerintah melalui program otonomi khusus,” harapnya.Ia menambahkan, pemerintah telah menggelontorkan dana setidaknya senilai Rp 97 trilyun untuk pembangunan Papua. Dalam upaya mengejar ketertinggalan Papua dari provinsi lainnya di Indonesia.

“Justru yang menjadi hal yang sangat mendasar yang harus dilakukan oleh rakyat Papua adalah mendesak elit-elit lokal Papua untuk serius mewujudkan program pembangunan yang telah mendapat dukungan anggaran yang sangat besar dari pemerintah pusat,” pungkasnnya. 

Senada dengan Nanda, tokoh masyarakat Manokwari Marten Nauw Kepala Suku Maybrat juga menyatakan, kelompok-kelompok yang mengusung isu separatisme pada dasarnya hanya mementingkan kepentingan dan keuntungan kelompoknya saja.“Dorang selalu tipu-tipu rakyat. Kasih torang mimpi indah merdeka. Lihat saja, begitu Wenda kasih pernyataan merdeka dan mengaku sebagai Presiden, dorang baku cakar antar kelompoknya. Jadi bohong kalau mereka memikirkan kami, rakyat Papua. Trada kerja nyata mereka bagi rakyat,” ujarnya

Ditambahkannya, klaim mereka mendapat dukungan mayoritas rakyat hanya bualan saja. Pada dasarnya rakyat menginginkan situasi damai agar dapat membangun kehidupan yang sejahtera.“Kitorang rakyat Papua selalu dijual nama oleh dorang. Torang Cuma ingin hidup damai, agar dapat meningkatkan kesejahteraan Torang. Kalau merdeka, pasti dorang baku perang, kitorang juga yang akan jadi korban,” tutupnya dengan nada sedih.(adlusun)

Editor : Siti Rahmadani Hanifah
Sumber : 121295
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini