Sementara rombongan Ketua (sebutan untuk Mr. Syafruddin Prawiranegara) yang tak pernah mau disebut sebagai presiden telah berangkat lebih dahulu.
Setelah bermalam di Sungai Dareh (butuh kajian lebih lanjut, rumah siapa yang dipakai) keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan menuju Calau di Kabupaten Sijunjung.
Dari Sungai Dareh perjalanan dilanjutkan menempuh jalan darat ke Kiliran Jao, Sungai Betung.
lalu naik sampan melawan derasnya arus Batang Kuantan melewati Padang Tarok hingga ke Durian Gadang.
Rombongan sender radio menggunakan tiga buah "tongkang," sebutan lokal untuk perahu melewati Batang Kuantan nan perkasa yang membelah bukit dan berkelok-kelok.
Di beberapa tempat tongkang melewati dasar Batang Kuantan yang terbelah oleh batu-batu besar bak bebatuan di "Negeri Laskar Pelangi".Di Tapuih, karena batunya besar dan ombaknya juga besar maka penumpang bersama awak perahu diharuskan turun dan mendorong perahu dengan menurunkan segala barang bawaan terlebih dahulu.
Pada masanya, Batang Kuantan adalah salahsatu urat nadi ekonomi, sosial dan budaya yang menghubungkan Minangkabau dengan Selat Malaka di timur Pulau Sumatera.
Hiburan sepanjang jalan diatas tongkang yang pada bagian tengahnya beratapkan "lapik pandan" itu hanyalah suara Siamang (Shympalangus syndactilus), Ungko (Hylobates agilis), Burung Kuau (Arguianu) serta Barau-barau (Pycnonotus zeylanicus).
Rombongan yang naik perahu berukuran 20x3 meter, menggunakan peralatan galah, dayung serta tali rotan itu harus menginap di pinggir Batang Kuantan selama satu malam.