Nyadran Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan, Darimana Asal Usulnya?

×

Nyadran Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan, Darimana Asal Usulnya?

Bagikan berita
Nyadran Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan, Darimana Asal Usulnya? (Foto : Dok. Istimewa)
Nyadran Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan, Darimana Asal Usulnya? (Foto : Dok. Istimewa)

KONGKRIT.COM - Nyadran, tradisi ziarah kubur yang kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah Jawa, menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi Nyadran, yang juga dikenal sebagai nyekar, memiliki sejarah yang menarik untuk kita telusuri bersama. Bagi masyarakat Jawa, tradisi ini bukan hanya sekadar ritual untuk mendoakan arwah leluhur, tetapi juga mengandung nilai budaya dan spiritual yang mendalam.

Asal Usul Tradisi Nyadran

Dilansir dari website Goodnewsfromindonesia.com, tradisi ini berakar dari zaman Kerajaan Majapahit. Pada masa itu, Nyadran dikenal dengan sebutan "Craddha", ritual ini dilakukan untuk menghormati arwah leluhur dan memohon keselamatan.

Ritual Craddha umum dilakukan di candi-candi, seperti Candi Kidal, yang menjadi simbolisasi tempat bersemayamnya para leluhur.

Perkembangan Nyadran di Era Islam

Meskipun tradisi ini berasal dari kepercayaan Hindu-Buddha, Nyadran tidak sepenuhnya dihilangkan saat Islam masuk ke Tanah Jawa. Pada masa Kerajaan Demak, tradisi Nyadran semakin berkembang dan kemudian dipadukan dengan nilai-nilai Islam.

Peran Penting Sultan Agung

Sultan Agung, salah satu pemimpin dari Kerajaan Mataram Islam, memiliki peran penting dalam perkembangan tradisi Nyadran. Ia menetapkan tahun Jawa dengan memadukan pertanggalan dari kalender Islam dan kalender Saka, serta memasukkan Nyadran dalam bulan Ruwah, yang oleh orang Jawa disebut sebagai bulan "unggah" untuk melangitkan doa bagi para leluhur.

Makna Tradisi Nyadran

Tradisi ini dipercaya tidak hanya sebatas ritual mendoakan leluhur, tetapi juga mengandung nilai budaya dan spiritual yang mendalam. Nyadran mengingatkan kita tentang pentingnya menghormati leluhur, melestarikan budaya, serta mempererat tali persaudaraan.

Bagaimana Tradisi Nyadran di Era Modern?

Saat ini, Nyadran masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa, meskipun mengalami berbagai variasi dan adaptasi. Nyadran tetap menjadi simbol identitas budaya dan spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Nah, setelah membaca artikel ini, kita menyadari bahwa tradisi Nyadran merupakan warisan budaya yang kaya dan berharga. Tradisi Nyadran menjadi bukti kekayaan budaya dan spiritualitas bangsa.

Melalui ritual sederhana ini, kita tidak hanya mengenang para leluhur, tetapi juga merenungkan akan adanya kehidupan setelah kematian.

Editor : Devi Irmayani Saiser
Sumber : goodnewsfromindonesia.id
Bagikan

Berita Terkait
Terkini