KONGKRIT.COM - Quiet quitting, sebuah fenomena yang mungkin sudah sering terdengar di kalangan pekerja, terutama di era digital dan media sosial seperti TikTok.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan quiet quitting dan bagaimana cara mengatasinya?
Quiet quitting bukanlah sekadar tentang diam-diam mengundurkan diri dari pekerjaan.
Lebih dari itu, quiet quitting mencerminkan sikap pasif dalam menjalani pekerjaan, di mana sobat tidak lagi berusaha secara maksimal dan cenderung menunjukkan sikap apatis terhadap tugas yang diemban.
Dilansir dari kanal jobstreet.com Harvard Business Review menyebutkan beberapa tanda yang menunjukkan seseorang sedang mengalami quiet quitting, antara lain:
- 1. Melakukan pekerjaan dengan usaha seminimal mungkin.
- 2. Terikat pada jam kerja 9 hingga 5 dan enggan bekerja di luar jam tersebut.
- 3. Tidak berusaha menunjukkan kinerja terbaik.
- 4. Kurangnya motivasi dan kekecewaan terhadap pekerjaan.
Banyak dari sobat mungkin pernah merasakan quiet quitting, disebabkan oleh berbagai faktor seperti merasa diremehkan, beban kerja yang berlebihan, ketidaksesuaian antara gaji dan tanggung jawab, kurangnya dukungan dari rekan kerja atau atasan, dan ketidakjelasan dalam batasan waktu kerja.
Namun, bagi sobat yang mengalami quiet quitting, tidak perlu merasa bersalah atau malu. Ada langkah-langkah yang bisa sobat ambil untuk keluar dari kondisi tersebut:1. Berbicara dengan Atasan
Komunikasi yang terbuka dengan atasan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah.
Sampaikan perasaan dan harapan sobat terhadap pekerjaan, serta diskusikan solusi yang memungkinkan untuk mencapai titik tengah antara ekspektasi sobat dan atasan.
Editor : Devi Irmayani SaiserSumber : Jobstreet
