Penghargaan dan Puisi, Sembilu Darah Mengalir dalam Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria

×

Penghargaan dan Puisi, Sembilu Darah Mengalir dalam Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria

Bagikan berita
Penghargaan dan Puisi, Sembilu Darah mengalir dalam Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria
Penghargaan dan Puisi, Sembilu Darah mengalir dalam Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria

KONGKRIT.COM - Komunitas Pemerhati Sumbar (Kapas) dan Himpunan Media Sumbar (Hamas) mengadakan acara Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria pada Selasa, 27 Februari 2024.

Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Hotel Daima Padang, yang dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dari kalangan Ulama, Penyair Sumatera Barat, Pakar Ekomoni Digital, Dosen, hingga sejumlah tokoh masyarakat di Sumatera Barat.

Rusli Marzuki atau yang dikenal dengan sebutan "papa" adalah seorang sastrawan dan penyair Indonesia yang berasal dari Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat serta veteran pejuang Kemerdekaan RI yang lahir pada 26 Februari 1936 silam.

Ia pernah tergabung menjadi anggota Persatuan WartawanIndonesia (PWI) Sumatera Barat. Beberapa karyanya telah banyak mewarnai dunia Perpuisian di Indonesia, salah satu karyanya yakni "Ada Ratap Ada Nyanyi", "Pada Hari Ini, Pada Jantung Hari", "Parewa: sajak dalam lima kumpulan 1960-1992", hingga "Sembilu Darah: lima kumpulan sajak 1975-1992" yang diangkat menjadi tema pada acara Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria.

Isa Kurniawan, Ketua Pelaksana Acara sekaligus Koordinator Kapas (Komunitas Pemerhati Sumbar) menyampaikan bahwa acara tersebut digelar dalam rangka merayakan ulang tahun "papa"serta mengajak para pejabat dan pengusaha untuk berkesenian.

"Ini dibuat untuk merayakan ulang tahun papa dengan acara Peringatan 88 Tahun Rusli Marzuki Saria. Sudah sejak lama kita merencanakan acara ini, Alhamdulillah akhirnya terlaksana,"ujarnya.

"Kita juga mengundang para pejabat penting dan tokoh-tokoh penting. Saat ini mereka tengah sibuk dengan urusan yang menguras pikiran, maka perlu di refresh dengan salah satunya berkesenian. Sesekali dibutuhkan seni agar kebijakan yang dihasilkan nantinya dapat berpihak kepada rakyat," tambahnya.

Ia juga menyampaikan bahwa tema yang diangkat dalam acara tersebut yakni "Sembilu Darah" yang merupakan salah satu karya dari Rusli Marzuki.

Selain acara tersebut, juga diadakan orasi budaya oleh Riri Satria seorang penyair dan Pakar Ekonomi Digital, sekaligus Dosen UI.

Dalam orasinya ia menyebutkan bahwa keindahan seni itu tidak bisa di strukturkan, karena perkembangan digital saat ini memudahkan kita untuk membuat puisi, tetapi tidak dengan"sentuhan" rasa yang diberikan dalam puisi tersebut.

Editor : Herawati Elnur
Bagikan

Berita Terkait
Terkini