Menelusuri Jejak Tradisi dan Sejarah di Desa Trunyan yang Memesona

×

Menelusuri Jejak Tradisi dan Sejarah di Desa Trunyan yang Memesona

Bagikan berita
Menelusuri Jejak Tradisi dan Sejarah di Desa Trunyan yang Memesona. (Foto : Dok. Istimewa)
Menelusuri Jejak Tradisi dan Sejarah di Desa Trunyan yang Memesona. (Foto : Dok. Istimewa)

KONGKRIT.COM - Di antara perbukitan hijau dan Danau Batur yang berkilauan, tersembunyi sebuah desa unik bernama Trunyan.

Desa ini bukan hanya menawarkan panorama alam yang memukau, tetapi juga tradisi pemakaman yang berbeda dari yang lain.

Di Trunyan, jenazah tidak dikubur atau dikremasi, melainkan dibaringkan di bawah naungan Pohon Taru Menyan yang harum.

Tradisi Mepasah, Menyatukan Jiwa dengan Alam

Tradisi pemakaman unik di Trunyan dikenal dengan Mepasah.

Jenazah diletakan di atas tanah dangkal di bawah Pohon Taru Menyan, dipagari anyaman bambu dan ditutupi kain putih.

Pohon ini dipercaya memiliki aroma harum yang mampu menetralisir bau dan menjaga kesucian alam.

Keunikan tradisi ini bukan hanya pada cara jenazah diletakan, tetapi juga pada kategorisasinya. Terdapat tiga area pemakaman:

  • Sema Wayah:Untuk mereka yang meninggal karena usia tua,menikah,dan meninggal secara wajar.
  • Sema Muda:Untuk anak-anak dan orang dewasa yang belum menikah.
  • Sema Bantas:Untuk mereka yang meninggal karena kecelakaan,bunuh diri,atau penyakit menular.

Menelusuri Jejak Sejarah Desa Trunyan

Sejarah Desa Trunyan diselimuti legenda dan cerita rakyat. Konon, desa ini didirikan oleh empat pangeran dari Jawa yang melarikan diri dari keributan politik.

Salah satu pangeran, Ratu Sakti Pancering Jagat, menemukan cinta sejatinya di bawah Pohon Taru Menyan dan memutuskan untuk menetap di sana.

Editor : Devi Irmayani Saiser
Sumber : TopOne.id
Bagikan

Berita Terkait
Terkini