“Sekolah sehat, sekolah ramah anak, atau sekolah adiwiyata akan sulit terwujud jika fasilitas dasar seperti toilet masih dalam kondisi yang memprihatinkan,” tambah Elva.
Ia menceritakan pengalamannya saat mengunjungi sebuah sekolah dengan bangunan megah dan halaman yang tertata rapi, namun memiliki toilet siswa yang kotor, bau menyengat, dan terdapat coretan-coretan tidak senonoh di dindingnya.
Menurutnya, kondisi seperti ini bisa disebabkan oleh keterbatasan jumlah toilet, kurangnya tenaga kebersihan, maupun rendahnya kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan.
“Kebersihan toilet seharusnya tidak dijadikan hukuman bagi siswa yang melanggar, melainkan bagian dari tanggung jawab bersama seluruh warga sekolah,” tegasnya.
Elva juga mencontohkan budaya bersih masyarakat Jepang, di mana baik suporter maupun pemain timnas sepak bola mereka dikenal selalu menjaga kebersihan tempat yang mereka kunjungi, termasuk ruang ganti dan stadion.
Sebagai solusi, ia mengusulkan agar Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dijadikan sarana untuk menanamkan tanggung jawab menjaga kebersihan sekolah, termasuk toilet.Kegiatan seperti piket kebersihan tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga harus mencakup kebersihan toilet.
Gerakan Jumat Bersih (Jumsih) pun dapat dimanfaatkan untuk membiasakan siswa mencintai kebersihan sejak dini.
“Toilet yang bersih mencerminkan bahwa seluruh warga sekolah memiliki komitmen terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar,” tutup Elva.
Editor : Zaitun Ul Husna