Mitos Tumbal Proyek Sejak Zaman Belanda, Antara Sejarah dan Kepercayaan Mistis

×

Mitos Tumbal Proyek Sejak Zaman Belanda, Antara Sejarah dan Kepercayaan Mistis

Bagikan berita
Mitos Tumbal Proyek Sejak Zaman Belanda, Antara Sejarah dan Kepercayaan Mistis. (Foto : Dok. Istimewa)
Mitos Tumbal Proyek Sejak Zaman Belanda, Antara Sejarah dan Kepercayaan Mistis. (Foto : Dok. Istimewa)

KONGKRIT.COM -Dalam setiap pembangunan proyek besar seperti jembatan, jalan raya, atau infrastruktur penting lainnya, sering kali muncul istilah yang cukup kontroversial, yaitu tumbal proyek.

Bahkan dalam era modern seperti sekarang, kepercayaan ini masih lekat di masyarakat, baik di desa maupun di perkotaan.

Artikel ini akan membahas mitos seputar tumbal proyek yang konon sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Penjelasan Mitos Tumbal Proyek

Dalam artikel yang dimuat pada 26 Oktober 2023 oleh Rizky Kusumo, diceritakan bahwa mitos tumbal proyek sudah ada sejak abad ke-19 dan 20 di Nusantara, pada masa penjajahan Belanda.

Sebuah cerita tentang seorang penjahat sakti yang menjadi kaki tangan pemerintah kolonial Belanda menculik anak-anak untuk dijadikan tumbal proyek menjadi perbincangan.

Bregas Pranoto, seorang penulis, menjelaskan bahwa pada masa itu, masyarakat desa beredar rumor yang menyatakan bahwa pemerintah Belanda membutuhkan dua tengkorak manusia sebagai pondasi untuk proyek-proyek besar seperti jembatan, gedung pemerintah, dan bangunan penting lainnya.

Hal ini menciptakan ketidakpercayaan terhadap orang Belanda, dengan masyarakat setempat curiga terhadap kehadiran mereka.

Pertanyaan tentang kebenaran mitos ini muncul, dan beberapa artikel menyebutkan bahwa mungkin ini bermula dari salah tafsir terhadap permintaan orang Belanda kepada penduduk pribumi untuk menggunakan otak (mind) saat bekerja pada proyek-proyek tersebut.

Namun, karena penggunaan kata "otak," masyarakat lokal menyimpulkan bahwa yang diminta adalah kepala manusia.

Dalam konteks ini, Bregas Pranoto mengungkapkan bahwa mitos tumbal proyek tidak hanya sekadar kesalahpahaman linguistik, melainkan terkait dengan keyakinan dan tradisi mistis orang Asia Tenggara.

Editor : Devi Irmayani Saiser
Sumber : goodnewsfromindonesia.id
Bagikan

Berita Terkait
Terkini