KONGKRIT.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pasukan Israel akan tetap bertahan di Jalur Gaza meski kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas telah disepakati.
Hal ini dilakukan guna memastikan tekanan terhadap kelompok tersebut terus berlanjut hingga mereka melucuti senjata dan wilayah Gaza sepenuhnya didemiliterisasi.
Pernyataan tersebut disampaikan Netanyahu dalam pidato yang disiarkan secara nasional, sehari setelah pemerintahnya menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pembebasan sandera.
“Pasukan kami tetap berada di dalam wilayah Gaza dan menguasai seluruh titik strategis. Kami mengepung Hamas dari semua sisi sebagai bagian dari fase lanjutan untuk perlucutan senjata dan demiliterisasi Gaza,” tegas Netanyahu.
Ia menambahkan, bila proses perlucutan senjata dapat dilakukan secara damai, tentu itu menjadi pilihan ideal. Namun jika tidak, Israel akan menempuh cara lain yang lebih tegas.
Dalam kesempatan itu, Netanyahu juga mengonfirmasi bahwa sebanyak 20 sandera hidup dan 28 jenazah akan segera dipulangkan dalam beberapa hari ke depan.Hamas sendiri menyebutkan bahwa proses pemulangan jenazah kemungkinan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan pembebasan sandera yang masih hidup.
Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai melalui mediasi internasional mencakup penghentian sementara serangan oleh Israel dan penarikan sebagian pasukan dari Gaza. Sebagai imbalannya, Hamas setuju untuk membebaskan seluruh sandera yang masih ditahan. Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga akan melepaskan lebih dari 2.000 tahanan Palestina.
Selain itu, kesepakatan juga mengatur masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza. Ratusan truk yang membawa makanan dan obat-obatan akan diberi akses untuk menyalurkan bantuan kepada sekitar dua juta penduduk Gaza yang terdampak konflik, banyak di antaranya telah beberapa kali mengungsi akibat serangan udara.
Serangan Israel yang berlangsung selama dua tahun terakhir telah meninggalkan dampak destruktif di Jalur Gaza. Menurut data dari otoritas kesehatan Gaza, konflik ini telah menyebabkan lebih dari 67.000 orang tewas serta memicu krisis pangan dan kerusakan infrastruktur yang parah.
Editor : Hanny Tanjung