KONGKRIT.COM – Belum genap satu hari setelah dinyatakan rampung, kondisi jembatan gantung di Tanjung Medan, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan, sudah mengalami kerusakan. Besi lantai jembatan yang baru saja direhabilitasi mulai terlepas, memaksa warga yang melintas untuk tetap menyeberang di atas struktur yang rapuh dan membahayakan.
Proyek yang menelan anggaran Rp530 juta ini merupakan pekerjaan rehabilitasi jembatan penghubung Damar Rumput–Muara Sakai, yang dilaksanakan oleh CV Doa Bunda dan berada di bawah pengawasan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan dokumen kontrak Nomor 17/BM/7-DAD/PUTR-PS/VII/2025, masa pelaksanaan pekerjaan ditetapkan selama 75 hari kalender.
Namun, alih-alih memberikan solusi jangka panjang terhadap kebutuhan infrastruktur warga, hasil pekerjaan justru menuai sorotan.
Permukaan lantai jembatan terlihat tambal-sulam, dengan sebagian besar besi lama masih dipertahankan. Kondisi ini memicu kritik tajam dari masyarakat, terutama karena jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses vital penghubung antarwilayah.
Pihak pelaksana proyek berdalih bahwa pekerjaan tersebut belum memasuki tahap PHO (Provisional Hand Over) atau serah terima sementara, sehingga kekurangan yang ada masih bisa diperbaiki. Meski begitu, penjelasan ini tidak serta-merta diterima publik.Salah satu kritik datang dari Aditya Saputra, tokoh pemuda dari Inderapura, yang menilai alasan “belum PHO” sebagai bentuk pembenaran atas pekerjaan yang dinilai tidak profesional.
“Kalau alasannya belum PHO dijadikan tameng, maka itu hanya pembelaan terhadap pekerjaan yang asal-asalan. Bagaimana bisa jembatan yang baru selesai dikerjakan sudah rusak hanya dalam hitungan jam?” tegas Aditya saat diwawancarai, Kamis (9/10/2025).
Menurutnya, meski secara administratif proyek belum diserahterimakan secara resmi, namun secara moral, jembatan yang telah selesai dibangun semestinya sudah layak digunakan dan tidak membahayakan keselamatan masyarakat.
“Publik tidak peduli dengan istilah PHO atau FHO. Yang mereka lihat adalah jembatan yang harusnya aman dan nyaman untuk dilalui, bukan malah membahayakan,” tambahnya.
Editor : MONIKA