Wakil Bupati Agam Hadiri Peringatan 117 Tahun Perang Manggopoh

×

Wakil Bupati Agam Hadiri Peringatan 117 Tahun Perang Manggopoh

Bagikan berita
Wakil Bupati Agam Hadiri Peringatan 117 Tahun Perang Manggopoh
Wakil Bupati Agam Hadiri Peringatan 117 Tahun Perang Manggopoh

KONGKRIT.COM – Pemerintah Kabupaten Agam memperingati 117 tahun Perang Manggopoh dalam sebuah upacara khidmat yang digelar di Lapangan GOR Buya Hamka, Manggopoh, pada Minggu (15/6/2025).

Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran Forkopimda Plus Kabupaten Agam, anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat dan DPRD Kabupaten Agam, Sekretaris Daerah, staf ahli, asisten, kepala OPD, camat se-Kabupaten Agam, serta perwakilan organisasi perempuan, tokoh masyarakat, ninik mamak, alim ulama, bundo kanduang, ormas, LSM, dan insan pers.

Wakil Bupati Agam, Muhammad Iqbal, SE, M.Com, yang hadir langsung dalam acara tersebut, mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan semangat perjuangan rakyat Manggopoh sebagai teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Hari ini kita mengenang perjuangan besar masyarakat Manggopoh yang 117 tahun lalu dengan gagah berani melawan penjajah,” katanya.

“Perang Manggopoh pada 15 Juni 1908 merupakan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan kesewenang-wenangan kolonial,” lanjut Wabup Iqbal dalam sambutannya.

Ia menekankan bahwa Perang Manggopoh dan Perang Kamang merupakan bagian tak terpisahkan dari perjuangan rakyat Agam dalam menolak kekuasaan kolonial Hindia Belanda.

“Peristiwa ini bukan hanya memiliki nilai historis, tetapi juga mencerminkan keberanian dan nasionalisme yang luar biasa dari rakyat kita. Ini tercatat sebagai salah satu babak penting dalam sejarah perjuangan bangsa,” lanjutnya.

Wabup Iqbal juga menyoroti peran penting para tokoh perjuangan, khususnya Mandeh Siti Manggopoh, yang menjadi simbol keteguhan perempuan Minangkabau dalam menghadapi penjajah, meskipun hanya bersenjatakan bambu runcing.

Menurutnya, Perang Manggopoh memiliki dua keistimewaan yang membedakannya dari gerakan perlawanan lain di Nusantara, yakni sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan belasting (pajak) kolonial, serta keteguhan masyarakat yang tetap melakukan perlawanan bersenjata meskipun daerah lain telah menyerah.

“Hanya dua perlawanan di Indonesia yang dipicu oleh kebijakan belasting, yaitu Perang Kamang dan Perang Manggopoh, dan keduanya berasal dari tanah Agam,” jelasnya.

Editor : Zaitun Ul Husna
Bagikan

Berita Terkait
Terkini